Sabtu, 25 Januari 2014

Golkar: Solusi Tanpa Uang, Justru Minimalisasi Kecurangan Pemilu

Jakarta - Negara dinilai tidak perlu mengeluarkan uang untuk biaya honor para saksi partai politik (Parpol) dalam rangka meminimalisir kecurangan Pemilu.
Pasalnya, kecurangan Pemilu dapat diminimalisir cukup dengan menggunting atau menghaguskan surat suara yang tersisa sesaat setelah pemungutan suara berlangsung.
"Tidak perlu keluar uang untuk bayar saksi. Kalau saya lebih baik KPU dan Bawaslu membuat peraturan agar sisa surat suara yang tidak terpakai di tiap TPS digunting, atau dihanguskan. Golkar kasih solusi tanpa uang," kata Wakil Sekjen DPP Partai Golkar, Leo Nababan di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (24/1).
Dia mengatakan, untuk menjamin surat suara tidak dimanipulasi, tidak cukup dengan menempatkan banyak saksi.
"Karena selama ini pencurian suara di TPS terjadi adanya kongkalikong petugas pemungutan suara dan Parpol menggunakan sisa surat suara. Kalau surat edaranitu dilaksanakan dengan baik, saya yakin tidak ada lagi orang yang main-main," kata Leo.
Meski demikian, Leo hanya menjawab diplomatis ketika dikonfirmasi apakah Golkar siap menolak menggunakan uang negara untuk honor saksi Parpol. Dia mengaku hanya mengusulkan solusi tanpa biaya.
"Golkar tidak menolak, Golkar setuju saja, tapi golkar lebih setuju tidak usah pakai uang. Gunakan saja edaran itu," kata Leo.
Sebelumnya, pemerintah memutuskan untuk membayar saksi Parpol yang akan ditempatkan di setiap TPS. Setiap saksi nantinya akan dibayar Rp 100.000 untuk mengawasi pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di 545.778 TPS di seluruh Indonesia. (if/B1)


Sumber : bara news




Umat Kristen Helvetia Segera Dapatkan Lahan Perkuburan



    Lambas Pakpahan,ST.MSi, Ir.Wasinton Pane, Ir.Leo Nababan (staff khusus        Menkokesra, Eddy G.P.Manurung,SE saat memberikan paparan kepada seluruh masyarakat Helvetia dan sekitarnya (foto:Irwan)



Para pengurus BP2K dan seluruh masyarakat Helvetia dan sekitarnya saat mendengarkan pemaparan dari ke 4 tokoh pengagas terealisasinya lahan perkuburan kristen Helvetia (foto:Irwan Manalu)


Usaha dan pendekatan yang ditempuh oleh BP2K (Badan Pengelola Perkuburan Kristen) bersama tokoh  masyarakat (Lambas Pakpahan,ST,MSi, Wasinton Pane, Eddy GP. Manurung,SE dan Ir. Leo Nababan/Staff khusus Menkokesra) melalui surat BP2K dengan nomor surat 0237/istimewa/BPPK/IX/2013 yang ditujukan ke Menkokesra. 

Harapan seluruh warga Helvetia dan sekitarnya tentang terbatasnya lahan perkuburan untuk umat Kristiani segera akan terwujud, sebab Menkokesra-RI telah mengeluarkan surat Rekomendasi  No.B.1901/KMK/SES/X/2013 perihal Pembebasan Tanah untuk Perkuburan tertanggal 2 Oktober 2013 kepada Gubernur Sumatera Utara. 

Di surat rekomendasi tersebut diterangkan bahwa atas permohonan dari masyarakat Helvetia khususnya yang beragama Kristen melalui Badan Pengelola Perkuburan Kristen (BPPK) Kecamatan Helvetia dengan nomor suratnya 0237/istimewa/BPPK/IX/2013, yang melalui wakil masyarakat dan sekaligus tokoh penggagasnya antara lain Ir.Leo Nababan (Staff khusus Menkokesra), Lambas Pakpahan,ST,MSi(Tokoh), Ir.Wasinton Pane (Anggota DPRD), Eddy GP.Manurung,SE, telah berhasil mewujudkan harapan masyarakat Helvetia sekitarnya untuk menyediakan Lahan Perkuburuan untuk umat Kristen yang selama ini sangat dibutuhkan. 

Atas keberhasilan yang telah diperjuangkan oleh keempat tokoh tersebut, maka pada tanggal 19/10/2013, seluruh pengurus BP2K beserta 120 STM se Helvetia dan sekitarnya yang telah terdaftar sebagai anggota BP2K berkumpul untuk melakukan pertemuan dengan keempat tokoh yang telah dapat memperjuangkan aspirasi masyarakat Helvetia dan sekitarnya tentang kebutuhan tanah perkuburan bagi umat kristen. 
Pertemuan diadakan di Aula Politeknik Santo Thomas jalan Matahari Raya Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia. Dalam pertemuan tersebut terlihat antusias masyarakat baik warga helvetia dan sekitarnya juga masyarakat lain yang turut hadir dalam acara yang dihadiri oleh 500 orang sehingga membuat suasana semakin semarak.

Dalam kesempatan itu, Lambas Pakpahan,ST,MSi, Ir.Wasinton Pane, Eddy G.P.Manurung,SE beserta seluruh masyarakat Helvetia dan sekitarnya mengucapkan kata terimakasih kepada Bapak Ir.Leo Nababan yang telah membantu mereka sehingga surat BP2K dapat langsung diterima oleh Menkokesra Republik Indonesia di Jakarta dan keluar rekomendasi yang isinya menyetujui permohonan dan permintaan seluruh pengurus BP2K se Helvetia dan sekitarnya atas kebutuhan lahan perkuburan bagi orang kristen. 

Masih menurut Lambas, Ini adalah tujuan mulia untuk kepentingan seluruh masyarakat Helvetia Medan yang mana sudah sangat sulit mendapatkan lahan perkuburan, apalagi dilihat dari jumlah kepadatan penduduk yang ada di kecamatan Medan Helvetia, lahan perkuburan ini memang harus terealisasi segera mungkin. Saya juga sangat berterimakasih kepada Ir.Leo Nababan yang juga merupakan staff khusus Menkokesra yang telah membantu kami dalam penyampaian langsung keinginan masyarakat Medan Helvetia ke Menkokesra RI, dan Bapak menkokesra RI juga telah merespon dan menanggapi surat usulan yang telah dikirimkan oleh ketua BP2K Medan Helvetia” ungkap Lambas. 
Sebagai ungkapan syukur dan terimakasih atas dukungan serta kerja keras yang dilakukan oleh keempat tokoh tersebut, masyarakat Helvetia dan Sekitarnya memberikan Ulos kepada Keempat tokoh masyarakat yang dianggap pejuang yang gigih (Ir.Leo Nababan, Lambas Pakpahan,ST,MSi, Wasinton Pane, Eddy GP.Manurung,SE), masyarakat Helvetia dan sekitarnya mendoakan mereka agar diberikan kekuatan dan semangat untuk dapat terus berjuang dan memberi yang terbaik bagi masyarakat sumatera Utara khususnya masyarakat Helvetia dan sekitarnya.

Sementara itu Ir.Leo Nababan yang juga merupakan tokoh masyarakat Sumatera Utara yang juga hadir di pertemuan tersebut saat diminta tanggapannya terkait akan terealisasinya lahan untuk Perkuburan Kristen diwilayah Helvetia mengatakan “ ini adalah murni aspirasi dan permintaan warga masyarakat Medan khususnya warga Helvetia dan sekitarnya karena memang selama ini warga Helvetia sangat membutuhkan areal tanah wakaf ataupun tempat pemakaman (perkuburan) Kristen di wilayah tersebut, dan saya dengar langsung dari masyarakat sehingga saya tersentuh, memang di kota medan ini wilayah perkuburan Kristen sangat minim dan perlu juga saya luruskan sebagai orang Batak, saya terpanggil untuk memperjuangkan aspirasi dari masyarakat Helvetia. Dan terutama sekali kepada saudara Lambas Pakpahan,ST, MSi yang adalah merupakan penggagas usulan lahan perkuburan tersebut dan sangat saya harapkan saudara Lambas Pakpahan dan para pengagas lainnya seperti saudara Wasington Pane, Eddy G.Manurung,SE, jangan pernah mundur dalam memperjuangkan lahan perkuburan tersebut dan juga dalam memperjuangkan asprasi masyarakat kota medan khususnya Medan Helvetia” harap Leo Nababan.

Langkah-langkah yang sudah dilakukan setelah mendengar usulan masyarakat Helvetia, kemudian dibentuklah pengurus BP2K dengan terlebih dahulu mengumpulkan 120 STM se Helvetia dan sekitarnya.



Jumat, 24 Januari 2014

Menko Kesra Serahkan Bantuan Rp 2 Miliar Untuk Korban Banjir Tebingtinggi


Jakarta,   - Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) HR. Agung Laksono diwakili Staf Khusus Menko Kesra Ir Leo Nababan bersama Direktur Tanggap Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Drs Junjungan Tambunan ME, menyerahkan bantuan sebesar Rp 2 miliar kepada Pemerintah Kota Tebingtinggi. 
Bantuan diterima Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan dan disaksikan Sekdako H Johan Samose Harahap, Kepala BPBD Tebingtinggi Drs Wahid Sitorus, Kadis Pendidikan Drs H Pardamean Siregar MAP dan anggota DPRD Tebingtinggi Ir Pahala Sitorus MM, Jumat (13/12/2013) di ruang Data Sekretariat Pemko Tebingtinggi.
Bantuan tersebut akan dialokasikan untuk pembangunan bronjong di kawasan Kebun Buah Kelurahan Tanjung Marulak Hilir Kecamatan Rambutan Kota Tebingtinggi.
"Terkait permasalahan Sungai Padang yang mengakibatkan banjir di Tebingtinggi tentu saya tahu, sebab saya anak Sei Bamban dan Direktur Tanggap Darurat adalah anak Sei Belawan. Jadi kami tahu persis masalah sungai ini, sebab kita berdua bisa dikatakan korban dari sungai ini dulunya," kata Leo.
Menurut Leo, setelah mendapat kabar dari anggota DPRD Tebingtinggi Pahala Sitorus beberapa hari lalu, banjir kembali melanda Tebingtinggi dengan ketinggian hingga 1 meter. "Maka kita selaku anak kampung berkoordinasi dengan Direktur BNPB, beliau bilang kita bisa membantu Tebingtinggi Rp 2 miliar untuk membangun bronjong, asalkan RAB-nya ada. Namun karena kesigapan Pahala Sitorus menyusun RAB, ya dengan jujur saya katakan bantuan ini meluncur ke Tebingtinggi," ujar Leo Nababan lagi.
Selain itu Leo juga menyampaikan, permasalahan banjir akibat Sungai Padang dibutuhkan integritas, baik itu Kabupaten Simalungun, Kabupaten Sergei dan juga Kota Tebingtinggi sendiri. "Harapan saya bantuan ini bisa meminimalisir masalah banjir di Tebingtinggi, namun agar Tebingtinggi bebas dari banjir perlu perhatian serius dari pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian PU dan Pemprovsu," katanya.
Direktur Tanggap Darurat BNPB Drs Junjungan Tambunan ME meminta Pemko Tebingtinggi bisa memanfaatkan dana ini dengan tepat. "Harus diingat bahwa tenggang masa pengerjaan ini hanya dua bulan, pada 14 Februari 2014, saya harapkan pekerjaannya sudah rampung," ujar Tambunan.
Atas bantuan yang diberikan Pemerintah Pusat kepada Pemko Tebingtinggi, Walikota mewakili masyarakat Tebingtinggi menyampaikan terima kasih kepada Menko Kesra dan BNPB. Harapannya, semoga dengan bantuan tersebut permasalahan banjir di Tebingtinggi dapat teratasi. "Sekarang ini warga Kota Tebingtinggi sudah super jenuh dengan permasalahan banjir, frekuensi banjir bukan lagi 5 tahunan atau sepuluh tahunan, asal hujan di hulu pasti kami terendam," ujarnya.
Ditambahkan Umar, banjir telah melanda 35 kelurahan untuk mengatasi banjir di Tebingtinggi. Pemko tidak memiliki daya dan upaya apapun sama sekali, sebab PAD kota ini kecil. "Namun demikian, kita setiap tahun selalu mengalokasikan pembuatan bronjong sebagai upaya memperkcil resiko banjir kepada masyarakat. Apa daya, ya, sesuai kegiatan uang daerahlah," katanya.
Usai menyerahkan bantuan kepada Walikota Tebingtinggi, Leo Nababan bersama Direktur BNPB langsung turun ke lokasi banjir dan memberikan bantuan sembako kepada warga di kawasan Kebun Buah Kelurahan Tanjung Marulak Hilir. 

Kamis, 23 Januari 2014

Ir Leo Nababan Tinjau Pengerjaan Bantuan BNPB di Tebingtinggi



Tebingtinggi - Staf Khusus Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Ir Leo Nababan, didampingi anggota DPRD Tebingtinggi Ir Pahala Sitorus MM dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tebing Tinggi Drs Wahit Sitorus, Kamis (16/1) meninjau pengerjaan bronjong di Kebun Buah, Kelurahan Tanjung Marulak Hilir, Kecamatan Rambutan. Kotamadya Tebingtinggi
“Dana pengerjaan bronjong ini, bantuan pemerintah pusat Rp 2 miliar, telah kita antarkan dan secara langsung kita serahkan kepada Wali Kota Tebingtinggi Desember tahun lalu dengan catatan harus selesai di pertengahan Pebruari, itulah tujuannya kita turun ke lapangan,” jelas Leo.
Ditambahkan Leo, melihat dari semangat pekerja di lapangan pekerjaan bronjong ini akan selesai sebelum batas waktu yang diberikan BNPB yakni di pertengahan Pebruari.
Pada kesempatan itu Leo terlihat menyempatkan diri berbincang-bincang dengan warga sekitar dan meminta masyarakat yang tinggal di sekitar ikut mengawasi pekerjaan bronjong tersebut.
“Jika pekerjaan bronjong ini bagus, maka yang merasakan dampaknya adalah masyarakat yang tinggal di sekitar sungai ini. Selama ini jika sungai Padang meluap maka kampung yang ada di sekitar sungai ini akan kebanjiran.
Dengan adanya bronjong ini kita berharap hal itu bisa teratasi, makanya harus diperhatikan betul-betul pekerjaannya,” minta Leo, sembari mengatakan, jika melihat ada yang janggal segera laporkan kepada Kepala BPBD Wahit Sitorus.
Pahala Sitorus yang turut mendampingi Leo Nababan juga menghimbau masyarakat sekitar agar senantiasa memperhatikan lingkungan, yakni jangan membuang sampah langsung ke sungai.
“Buanglah sampah kepada tempatnya yang tersedia dan jangan langsung ke sungai,” ujar Pahala. 

Kamis, 16 Januari 2014

TANGIANG NI DAINANG I, LEO NABABAN, KEBERHASILAN.

Medan. “Tangiang ni dainang i, naparorot tondingki, manang didia pe au la laho manang didia pe au sai tong do diramoti…”. Itulah lirik lagu yang menggambarkan kasih sayang dan kesetiaan ibu orang Batak kepada anaknya. Seorang pria bertubuh gempal tidak henti-hentinya melap air matanya ketika menyanyikan lagu ini pada reuni SMAN Negeri 5 Medan baru-baru ini. Dia adalah Ir Leo Nababan, Staf Khusus Menko Kesra RI.
Tidak hanya pada reuni itu, di beberapa acara yang dihadirinya seperti Natal Punguan Situmorang Suhut ni Huta, Natal Pemuda-Pemudi di Batang Kuis Deli Serdang dan acara lainnya selalu terisak-isak ketika menyanyikan lagu ini. Karena pria kelahiran 30 Oktober 1962 di Kampung Jeruk Sei Bamban Serdang Bedagai ini selalu teringat pengorbanan tiada henti dan cinta kasih ibunya L br Simanjuntak sampai Leo Nababan berhasil menjadi Anggota MPR RI, beberapa jabatan penting lainnya dan sekarang Staf Khusus Menko Kesra.
Leo lahir dari keluarga sederhana, Ibunya seorang guru SD, ayahnya Gr H Nababan seorang guru jemaat (guru Injil) Gereja HKBP dan bonapasogitnya Hutakopi, Dusun Paranjoan, Desa Lumbantongatonga, Siborongborong.
Leo beruntung orangtuanya membekali dirinya cakrawala pengetahuan untuk maju. “Mengutamakan pendidikan memang menjadi salah satu tradisi orang Batak meski dalam kondisi sesulit apapun,” ucapnya kepada wartawan, Minggu (12/1) di Medan.
Semasa SMP sempat dilalui di Tebing Tinggi karena memberatkan secara ekonomi sang ayah memutuskan pindah ke Medan. Mereka tinggal di Jalan Bakti Gang Pendidikan No 69, ibunya menjadi guru SD Negeri 72 Medan, Leo sekolah di SMPN 3 Medan kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 5.
Leo diterima di IPB Bogor melalui jalur Proyek Perintis tanpa testing tahun 1981.
Di IPB Leo menempa diri sebagai aktivis, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan terlibat dalam pembentukan Gerakan Mahasiswa Kosgoro. Dia dipercaya meng-Opspek (Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus) putri Presiden Suharto, Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek). Kedekatan dengan keluarga Cendana dan aktif di Golkar tidak dimanfaatkannya untuk pribadi, tapi Leo lebih memilih jalur prosedural ketimbang kekuasaan, kesabaran itulah membuat Leo menjadi politisi yang matang.
Asik berorganisasi, kuliah Leo di IPB kandas, akhirnya dia tamat studi di Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang. Karir politik Leo terus berlanjut dan dia terpilih menjadi Anggota MPR RI menggantikan KH Zainuddin MZ tahun 1997-1999. Sejumlah karier juga diraihnya seperti Staf khusus Menteri Pemuda dan Olahraga tahun 1998-2004, Komisaris Utama PT Karya Waluya Bhakti dan PT Musirindo Prima Coal sampai sekarang, peserta Lemhanas KRA-ke 39 tahun 2006 dan Staf Khusus Menko Kesra Agung Laksono sampai sekarang.
Harian SIB Pelepas Rindu
Ketika kuliah di IPB, Leo bersama teman-temannya asal Sumut menganggap Harian SIB adalah obat pelepas rindu terhadap kampung halaman. Kalau ada salah seorang teman pergi ke Jakarta tidak lupa dipesankan agar membeli Koran SIB di Cililitan. Koran SIB dibawa ke markas GMKI Bogor, mendengar ada Koran SIB, mahasiswa asal Sumut berbondong-bondong berebutan membaca koran yang didirikan almarhum DR GM Panggabean ini. “Setelah membacanya rasa rindu kami kepada kampung halaman dan orangtua terpuaskan,” ucap Leo