Kamis, 16 Januari 2014

TANGIANG NI DAINANG I, LEO NABABAN, KEBERHASILAN.

Medan. “Tangiang ni dainang i, naparorot tondingki, manang didia pe au la laho manang didia pe au sai tong do diramoti…”. Itulah lirik lagu yang menggambarkan kasih sayang dan kesetiaan ibu orang Batak kepada anaknya. Seorang pria bertubuh gempal tidak henti-hentinya melap air matanya ketika menyanyikan lagu ini pada reuni SMAN Negeri 5 Medan baru-baru ini. Dia adalah Ir Leo Nababan, Staf Khusus Menko Kesra RI.
Tidak hanya pada reuni itu, di beberapa acara yang dihadirinya seperti Natal Punguan Situmorang Suhut ni Huta, Natal Pemuda-Pemudi di Batang Kuis Deli Serdang dan acara lainnya selalu terisak-isak ketika menyanyikan lagu ini. Karena pria kelahiran 30 Oktober 1962 di Kampung Jeruk Sei Bamban Serdang Bedagai ini selalu teringat pengorbanan tiada henti dan cinta kasih ibunya L br Simanjuntak sampai Leo Nababan berhasil menjadi Anggota MPR RI, beberapa jabatan penting lainnya dan sekarang Staf Khusus Menko Kesra.
Leo lahir dari keluarga sederhana, Ibunya seorang guru SD, ayahnya Gr H Nababan seorang guru jemaat (guru Injil) Gereja HKBP dan bonapasogitnya Hutakopi, Dusun Paranjoan, Desa Lumbantongatonga, Siborongborong.
Leo beruntung orangtuanya membekali dirinya cakrawala pengetahuan untuk maju. “Mengutamakan pendidikan memang menjadi salah satu tradisi orang Batak meski dalam kondisi sesulit apapun,” ucapnya kepada wartawan, Minggu (12/1) di Medan.
Semasa SMP sempat dilalui di Tebing Tinggi karena memberatkan secara ekonomi sang ayah memutuskan pindah ke Medan. Mereka tinggal di Jalan Bakti Gang Pendidikan No 69, ibunya menjadi guru SD Negeri 72 Medan, Leo sekolah di SMPN 3 Medan kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 5.
Leo diterima di IPB Bogor melalui jalur Proyek Perintis tanpa testing tahun 1981.
Di IPB Leo menempa diri sebagai aktivis, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan terlibat dalam pembentukan Gerakan Mahasiswa Kosgoro. Dia dipercaya meng-Opspek (Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus) putri Presiden Suharto, Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek). Kedekatan dengan keluarga Cendana dan aktif di Golkar tidak dimanfaatkannya untuk pribadi, tapi Leo lebih memilih jalur prosedural ketimbang kekuasaan, kesabaran itulah membuat Leo menjadi politisi yang matang.
Asik berorganisasi, kuliah Leo di IPB kandas, akhirnya dia tamat studi di Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang. Karir politik Leo terus berlanjut dan dia terpilih menjadi Anggota MPR RI menggantikan KH Zainuddin MZ tahun 1997-1999. Sejumlah karier juga diraihnya seperti Staf khusus Menteri Pemuda dan Olahraga tahun 1998-2004, Komisaris Utama PT Karya Waluya Bhakti dan PT Musirindo Prima Coal sampai sekarang, peserta Lemhanas KRA-ke 39 tahun 2006 dan Staf Khusus Menko Kesra Agung Laksono sampai sekarang.
Harian SIB Pelepas Rindu
Ketika kuliah di IPB, Leo bersama teman-temannya asal Sumut menganggap Harian SIB adalah obat pelepas rindu terhadap kampung halaman. Kalau ada salah seorang teman pergi ke Jakarta tidak lupa dipesankan agar membeli Koran SIB di Cililitan. Koran SIB dibawa ke markas GMKI Bogor, mendengar ada Koran SIB, mahasiswa asal Sumut berbondong-bondong berebutan membaca koran yang didirikan almarhum DR GM Panggabean ini. “Setelah membacanya rasa rindu kami kepada kampung halaman dan orangtua terpuaskan,” ucap Leo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar