Selasa, 17 September 2013

Ir Leo Nababan Direstui ke Senayan,Diberangkat Hula-Hula dan Tangiang Ni Dainang





TEBINGTINGGI
Menjadi sosok yang pernah duduk di kursi MPR-RI tahun 1999, serta diangkat menjadi staf ahli Menko Kesra RI, Ir Leo Nababan yang akrab dipanggil Leo (PLN), kelahiran Kampung Jeruk Sei Rampah, 30 Oktober 1962 lalu berkeinginan kembali duduk di senayan. Niatnya tersebut rupanya mendapat restu dari hula-hula, tulang, serta dongan tubu.


“Jika ingin berhasil dan sukses, kita harus menghormati orang tua khusus ibu yang melahirkan kita,” kata Leo, saat ditemui di sela acara doa bersama memenangkan Leo, digelar masyarakat di Desa Juhar Kecamatan Bandar Khalipah –Sergai.
Kedatangan Ir Leo Nababan, tanpa didampingi isterinya dr Fabiola Alvisia Latu Batara. “Ini, ke Sergai secara khusus, meminta doa restu hula-hula, tulang serta dongan tubu  (semarga..red) untuk pencalonan saya menuju Legislative DPR-RI dari Daerah Pemilihan Sumut 1 (Medan, Tebingtinggi, Deliserdang dan Sergai),” jelas Leo.
Pria bermotto hidup dan bekerja hanya dengan doa ini yakin, jika mempraktikkan adat –istiadat batak khusus menyangkut istilah Dalihan Na Tolu, Somba Marhula-hula, Menek Marboru dohot manak mardongan tubu, maka alamat hidup diwarnai dengan penghargaan.
“Jika ingin berhasil dan sukses, kita harus menghormati orang tua khusus ibu yang melahirkan kita,” kata Leo, saat ditemui MRnews, di sela acara doa bersama memenangkan Leo, digelar masyarakat di Desa Juhar Kecamatan Bandar Khalipah –Sergai.
Diakui Leo, maju ke senayan lewat restu marga dari Ibu kandungnya, dirinya tidak akan pernah membuat janji jika harus mengingkari. Namun, dirinya komit dan berkeinginan mewujudkan cita-cita lahirnya orang batak sebagai anggota DPR-RI yang jujur, menteri yang sukses sampai pengusaha ternama.
Dengan didampingi anggota DPRD Kota Tebingtinggi Pahala Sitorus, yang juga merupakan bere (keponakan) marga Simanjuntak ini, Leo dan Pahala diberangkatkan hula-hula Simanjuntak serta marga Sihombing Lumban Toruan, yang menjadi marga Simatua (mertua) pada prosesi adat kala itu.
Usai mengikuti ritualisasi adat istiadat batak, Dalihan Natolu, Ir Leo Nababan mengutarakan keberadaannya di Tebingtinggi sudah dua pekan. Bahkan, sempat diundang Walikota Tebingtinggi bertemu dengan guru-guru Pendidikan Usia Dini (PAUD) se Kota Tebingtinggi, yang kemudian melakukan pengobatan gratis di Desa Dolok Masihul dan memberikan paparan pendidikan kepada Mahasiswa Muslim di Hotel Madani Medan.
“Kita berharap warga desa Juhar -Sergai ini akan lebih maju dan putera yang berhasil kelak dapat membangun daerahnya. Tidak lagi kekurangan pengairan bagi sawah di ladang maupun penerangan lampu,” kata Leo kepada massa yang mengadati keberangkatannya menuju Pileg DPR-RI. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar